Minggu, 26 Desember 2010

"Katakanlah kebenaran walaupun pahit rasanya"

Sebuah pernyataan yang memang dianggap benar kebanyakan orang, tapi disaat ingin menjaga perasaan orang lain kebimbangan pasti selalu muncul di hati. Kebimbangan itu muncul, karena tak ingin orang lain marah, kecewa, sedih atau bahkan benci terhadap kenyataan yang ada.

Tapi apakah hal itu patut dibenarkan?
Pernahkah kita terpikir bahwa suatu saat kebohongan kita kan tercium juga. Sepandai pandai tupai melompat akhirnya bisa jatuh juga. Tatkala kita menyimpan kebenaran kepada orang lain, pastilah kita menghormati, menyayangi, bahkan mencintai orang itu karena kita mau menjaga perasaannya. Namun kita harus sadar, kenyataan pahit akan terasa makin pahit jika diketahui belakangan. Jadi, niatnya malah menjaga perasaan malah bisa dikatakan membunuh secara perlahan.

Kejam.
Sangat kejam.
Apalagi saat kenyataan yang tertutupi menyangkut perasaan.
Dan itu sering tak terkira oleh kita.

Kenyataan mungkin terkadang menyakitkan, atau bahkan sering menyakitkan. Tapi itu jauh lebih baik. Percayalah jauh lebih baik daripada hidup baik baik saja dalam bayang bayang pesakitan.

Menyakitkan atau tidaknya suatu kenyataan bisa diminimalisir dengan banyak cara. Cara pengucapan yang halus, cara penyampaian yang tepat, dan tentunya komunikasi dari hati ke hati sehingga bisa selalu berpegang teguh pada kejujuran.

Hati yang rapuh memang rawan dari sesuatu yang menyakitkan. Dan ketahuilah mengembalikannya setelah kehancuran sungguh menyulitkan. Laksana menyusun pecahan kaca yang telah menjadi berkeping keping. Tapi menjaganya dari kehancuran dengan kebohongan tidak akan pernah mengubah apapun. Akan tetap hancur. Malah lebih hancur lebur, lebih menyakitkan, bahakan penderitaan yang kan berkepanjangan.

Apabila masih pahit terasa suatu kenyataan, yakinlah bahwa itu adanya hidup. Hidup tanpa kekecewaan, kesedihan, dan kepedihan takkan pernah bisa membuat kita mengerti arti kebahagiaan sesungguhnya. Bukankah kita ingin menggapai kebahagiaan dunia akhirat?
Kalau begitu, katakanlah sesungguhnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar